penunjuk waktu menunjukkan pukul 10.57 p.m
belum tidur, sudah biasa.
bersama laptop, diktat berwarna hijau , tv, kipas angin, plus secangkir kopi
ku habiskan sisa malam
jendela facebook, google, dan blog terbuka di depan mata
coba tebak, mana yang sering ku buka?
tulisan ini hanya sekedar untuk membunuh waktu
tapi berharap juga malam ini menjadi malam yang panjang, entah kenapa
Tuesday, April 26, 2011
Monday, April 25, 2011
salah tempat waktu gowes
Bersepeda atau bahasanya anak gaul, gowes kini sudah menjadi hobi di komunitas pemuda-pemudi yang menurut saya bukan hanya di Surabaya.
Dengan semakin banyaknya peminat hobi gowes ini, dibarengi dengan munculnya produksi sepeda fixie , siapa sih yang nggak tahu sepeda fixie seperti apa? sepertinya sudah terkenal deh.
Jujur, saya pengen banget pol punya sepeda ini. Warna frame dan velg rodanya yang memikat hati dan eye catching. Tapi apa daya tabungan belum cukup, hehe. Eits, tapi saya nggak sedih nggak belum punya sepeda fixie. Ibarat musim durian, pasti orang-orang pada nyari. Yah, intinya nih sepeda musim-musiman *nyambung nggak sih?*
Sedikit cerita, waktu weekend kemarin saya dan kakak perempuan saya, Elisa, gowes ke daerah Citraland. Eh pas udah masuk perumahan *yang rumahnya gedong-gedong itu* banyak juga orang yang lagi bersepeda. Ada yang pakai sepeda gunung, folding bike, dan apa lagi kalau bukan si fixie.
Saya dan kak Lisa saling pandang, trus refleks ngeliatin sepeda butut kita dengan tampang melas.
Berhubung nasi udah jadi bubur, kita udah jauh-jauh mengayuh sepeda sampai sana, nggak mungkin dong kita langsung pulang.
Waktu itu saya memakai sepeda bmx keluaran tahun 2005, gileee usang banget dah dan itu sepeda bukan punya saya, sepeda hasil pinjeman dari adik saya.
Dengan tampang berlapis baja yang nggak kelihatan, kita cuek aja.
Biar mau diliatin seperti apa pun, saya nggak bakal lihat mereka. Toh, kami masih bisa menikmati gowes pagi dengan santai dan yang paling penting badan jadi sehat, halaaah. dan saya masih bersyukur sepeda itu masih bisa dipakai walaupun sadelnya bikin pantat sakit.
jadi waktu akan gowes, ada baiknya Anda melakukan survey tempatnya seperti apa biar nggak malu kalo punya sepeda butut nan usang, kecuali urat malu Anda sudah putus. dan yang nggak kalah penting harus tahu medannya seperti apa, siapa tahu jalannya naik turun dan kalau kita kehabisan air minum biar nggak minum air comberan :p
selamat gowesssssssss! :D
ps:
(maksud hati ingin upload foto sepeda butut saya, tapi inet lagi ngadat -.-)
ps:
(maksud hati ingin upload foto sepeda butut saya, tapi inet lagi ngadat -.-)
Friday, April 22, 2011
I am just an ordinary girl
dibalik kecerdasan dan kelemahlembutan seorang wanita
terdapat ketangguhan dan kekuatan
yang patut diperhitungkan
jangan mau disebut hanya seonggok daging yang bernama...
Hari ini tepat hari Kartini. Hari dimana sesosok wanita bernama R.A. Kartini memperjuangkan derajat kaum wanita Indonesia, yang saat ini kita sebut emansipasi wanita.
beruntung kita (khususnya kaum wanita) memiliki pahlawan yang peduli terhadap kaumnya, sehingga saat ini muncul kartini-kartini masa kini.
Wanita-wanita yang gigih, yang memiliki kedudukan sebagai pemimpin bukan yang harus diperbudak oleh kaum lelaki.
Wanita yang dalam kepemimpinannya tetap menggunakan akal dan hati. Dan kodratnya sebagai wanita pun tak pernah dilupakannya.
Saya sendiri berpikir, apakah saya sudah benar-benar menjadi "kartini" masa kini..
bagaimana dengan Anda?
happy kartini's day
regrads, Ike :)
Thursday, April 14, 2011
Satu detik itu berharga
Halo blogger!
Senang bisa bertemu di awal april. Setelah sekian lama blog saya terlantar, akhirnya terisi juga oleh postingan saya. Yap, ini adalah postingan pertama saya di bulan april.
Well, saat ini saya ingin men-share-kan sesuatu yang saya dapat dari nonton film, 127 Hours. Film keluaran tahun 2011 ini masih sedang anget-angetnya, belum basi kawan. Film yang dibintangi oleh James Franco dan masuk dalam nominasi Oscar bercerita tentang otobiografi seorang climber dan canyoneer yang terjebak di grand canyon, Utha. This is a true story! * Saya juga baru pertama kali mendengar istilah “canyoneer”.
Kali pertama saya lihat thrillernya di youtube, pikir saya film ini sangat membosankan karena tidak banyak tokoh yang terlibat secara langsung. Eh tapi setelah dapat referensi dari seorang teman dan mendapat copy-an gratis filmnya, akhirnya saya lihat juga itu film. Tapi disarankan untuk membeli dvd atau vcd yang asli lho ya :p
Nah, di film ini diceritakan bahwa Aron Ralston (James Franco) berpetualang ke grand canyon seorang diri. Kemudian dia bertemu dengan dua orang gadis yang baru dikenalnya. Mereka sedang tersesat, dan oleh Aron mereka diberi petunjuk untuk dapat menemukan jalan keluar. Selama menemukan jalan tersebut, mereka sangat menikmati keindahan grand canyon tersebut, sehingga pada akhirnya mereka menemukan jalan mereka kembali pulang.
Ups! Tidak sampai situ…
Justru disinilah awal terjadinya konflik. Dua orang gadis ini memisahkan diri dari Aron, karena Aron masih ingin menjelajah seorang diri.
Setelah berlama-lama panjat sana panjat sini, lompat sana lompat sini, ngesot sana ngesot sini *yang terakhir enggak ding!* kemudian dia terperosok ke dalam celah sempit diantara batu-batu besar, alhasil tangannya terjepit oleh batu.
Selama 127 jam atau kurang lebih 5 hari, si Aron berada di celah sempit tersebut. Dengan keterbatasan air minum dan sinar matahari yang cepat sekali berlalu (karena celahnya begitu sempit sehingga wajah dan tubuhnya sangat pucat), Aron berusaha melepaskan tangannya dari himpitan batu itu. Salah satunya dia menggunakan pisau untuk mengamputasi tangannya, tapi sayang sekali pisau yang dibawanya adalah pisau murahan, alias pisau tumpul. Alhasil, setelah berhasil menembus daging dan terhalang oleh tulangnya dibiarkanlah luka itu membusuk.
Keputusasaan mulai melanda Aron. Tapi dari situlah, Aron mulai mengingat kembali kenangan bersama keluarganya, pacarnya, sahabatnya, dan dua orang yang baru ditemuinya. Tiap detik bagi Aron sangatlah berarti untuk tetap bertahan hidup.
Walaupun akhir ceritanya happy ending, kalian pasti tidak akan mengira bagaimana dia bisa melepaskan tangannya. Silahkan menonton sendiri ya… kalau saya beri tahu, nggak asyik dong hehe
Banyak sekali yang bisa kita petik dari film ini. Film ini mengajarkan kita bagaimana untuk tetap bersyukur dalam hidup. Mungkin bagi kita sedetik tidak ada apa-apanya, tapi bagi orang yang sedang dilanda masalah atau hidupnya terhimpit, sedetik itu sangatlah berharga J
Subscribe to:
Posts (Atom)
Tuesday, April 26, 2011
coba tebak
penunjuk waktu menunjukkan pukul 10.57 p.m
belum tidur, sudah biasa.
bersama laptop, diktat berwarna hijau , tv, kipas angin, plus secangkir kopi
ku habiskan sisa malam
jendela facebook, google, dan blog terbuka di depan mata
coba tebak, mana yang sering ku buka?
tulisan ini hanya sekedar untuk membunuh waktu
tapi berharap juga malam ini menjadi malam yang panjang, entah kenapa
belum tidur, sudah biasa.
bersama laptop, diktat berwarna hijau , tv, kipas angin, plus secangkir kopi
ku habiskan sisa malam
jendela facebook, google, dan blog terbuka di depan mata
coba tebak, mana yang sering ku buka?
tulisan ini hanya sekedar untuk membunuh waktu
tapi berharap juga malam ini menjadi malam yang panjang, entah kenapa
Monday, April 25, 2011
salah tempat waktu gowes
Bersepeda atau bahasanya anak gaul, gowes kini sudah menjadi hobi di komunitas pemuda-pemudi yang menurut saya bukan hanya di Surabaya.
Dengan semakin banyaknya peminat hobi gowes ini, dibarengi dengan munculnya produksi sepeda fixie , siapa sih yang nggak tahu sepeda fixie seperti apa? sepertinya sudah terkenal deh.
Jujur, saya pengen banget pol punya sepeda ini. Warna frame dan velg rodanya yang memikat hati dan eye catching. Tapi apa daya tabungan belum cukup, hehe. Eits, tapi saya nggak sedih nggak belum punya sepeda fixie. Ibarat musim durian, pasti orang-orang pada nyari. Yah, intinya nih sepeda musim-musiman *nyambung nggak sih?*
Sedikit cerita, waktu weekend kemarin saya dan kakak perempuan saya, Elisa, gowes ke daerah Citraland. Eh pas udah masuk perumahan *yang rumahnya gedong-gedong itu* banyak juga orang yang lagi bersepeda. Ada yang pakai sepeda gunung, folding bike, dan apa lagi kalau bukan si fixie.
Saya dan kak Lisa saling pandang, trus refleks ngeliatin sepeda butut kita dengan tampang melas.
Berhubung nasi udah jadi bubur, kita udah jauh-jauh mengayuh sepeda sampai sana, nggak mungkin dong kita langsung pulang.
Waktu itu saya memakai sepeda bmx keluaran tahun 2005, gileee usang banget dah dan itu sepeda bukan punya saya, sepeda hasil pinjeman dari adik saya.
Dengan tampang berlapis baja yang nggak kelihatan, kita cuek aja.
Biar mau diliatin seperti apa pun, saya nggak bakal lihat mereka. Toh, kami masih bisa menikmati gowes pagi dengan santai dan yang paling penting badan jadi sehat, halaaah. dan saya masih bersyukur sepeda itu masih bisa dipakai walaupun sadelnya bikin pantat sakit.
jadi waktu akan gowes, ada baiknya Anda melakukan survey tempatnya seperti apa biar nggak malu kalo punya sepeda butut nan usang, kecuali urat malu Anda sudah putus. dan yang nggak kalah penting harus tahu medannya seperti apa, siapa tahu jalannya naik turun dan kalau kita kehabisan air minum biar nggak minum air comberan :p
selamat gowesssssssss! :D
ps:
(maksud hati ingin upload foto sepeda butut saya, tapi inet lagi ngadat -.-)
ps:
(maksud hati ingin upload foto sepeda butut saya, tapi inet lagi ngadat -.-)
Friday, April 22, 2011
I am just an ordinary girl
dibalik kecerdasan dan kelemahlembutan seorang wanita
terdapat ketangguhan dan kekuatan
yang patut diperhitungkan
jangan mau disebut hanya seonggok daging yang bernama...
Hari ini tepat hari Kartini. Hari dimana sesosok wanita bernama R.A. Kartini memperjuangkan derajat kaum wanita Indonesia, yang saat ini kita sebut emansipasi wanita.
beruntung kita (khususnya kaum wanita) memiliki pahlawan yang peduli terhadap kaumnya, sehingga saat ini muncul kartini-kartini masa kini.
Wanita-wanita yang gigih, yang memiliki kedudukan sebagai pemimpin bukan yang harus diperbudak oleh kaum lelaki.
Wanita yang dalam kepemimpinannya tetap menggunakan akal dan hati. Dan kodratnya sebagai wanita pun tak pernah dilupakannya.
Saya sendiri berpikir, apakah saya sudah benar-benar menjadi "kartini" masa kini..
bagaimana dengan Anda?
happy kartini's day
regrads, Ike :)
Thursday, April 14, 2011
Satu detik itu berharga
Halo blogger!
Senang bisa bertemu di awal april. Setelah sekian lama blog saya terlantar, akhirnya terisi juga oleh postingan saya. Yap, ini adalah postingan pertama saya di bulan april.
Well, saat ini saya ingin men-share-kan sesuatu yang saya dapat dari nonton film, 127 Hours. Film keluaran tahun 2011 ini masih sedang anget-angetnya, belum basi kawan. Film yang dibintangi oleh James Franco dan masuk dalam nominasi Oscar bercerita tentang otobiografi seorang climber dan canyoneer yang terjebak di grand canyon, Utha. This is a true story! * Saya juga baru pertama kali mendengar istilah “canyoneer”.
Kali pertama saya lihat thrillernya di youtube, pikir saya film ini sangat membosankan karena tidak banyak tokoh yang terlibat secara langsung. Eh tapi setelah dapat referensi dari seorang teman dan mendapat copy-an gratis filmnya, akhirnya saya lihat juga itu film. Tapi disarankan untuk membeli dvd atau vcd yang asli lho ya :p
Nah, di film ini diceritakan bahwa Aron Ralston (James Franco) berpetualang ke grand canyon seorang diri. Kemudian dia bertemu dengan dua orang gadis yang baru dikenalnya. Mereka sedang tersesat, dan oleh Aron mereka diberi petunjuk untuk dapat menemukan jalan keluar. Selama menemukan jalan tersebut, mereka sangat menikmati keindahan grand canyon tersebut, sehingga pada akhirnya mereka menemukan jalan mereka kembali pulang.
Ups! Tidak sampai situ…
Justru disinilah awal terjadinya konflik. Dua orang gadis ini memisahkan diri dari Aron, karena Aron masih ingin menjelajah seorang diri.
Setelah berlama-lama panjat sana panjat sini, lompat sana lompat sini, ngesot sana ngesot sini *yang terakhir enggak ding!* kemudian dia terperosok ke dalam celah sempit diantara batu-batu besar, alhasil tangannya terjepit oleh batu.
Selama 127 jam atau kurang lebih 5 hari, si Aron berada di celah sempit tersebut. Dengan keterbatasan air minum dan sinar matahari yang cepat sekali berlalu (karena celahnya begitu sempit sehingga wajah dan tubuhnya sangat pucat), Aron berusaha melepaskan tangannya dari himpitan batu itu. Salah satunya dia menggunakan pisau untuk mengamputasi tangannya, tapi sayang sekali pisau yang dibawanya adalah pisau murahan, alias pisau tumpul. Alhasil, setelah berhasil menembus daging dan terhalang oleh tulangnya dibiarkanlah luka itu membusuk.
Keputusasaan mulai melanda Aron. Tapi dari situlah, Aron mulai mengingat kembali kenangan bersama keluarganya, pacarnya, sahabatnya, dan dua orang yang baru ditemuinya. Tiap detik bagi Aron sangatlah berarti untuk tetap bertahan hidup.
Walaupun akhir ceritanya happy ending, kalian pasti tidak akan mengira bagaimana dia bisa melepaskan tangannya. Silahkan menonton sendiri ya… kalau saya beri tahu, nggak asyik dong hehe
Banyak sekali yang bisa kita petik dari film ini. Film ini mengajarkan kita bagaimana untuk tetap bersyukur dalam hidup. Mungkin bagi kita sedetik tidak ada apa-apanya, tapi bagi orang yang sedang dilanda masalah atau hidupnya terhimpit, sedetik itu sangatlah berharga J
Subscribe to:
Posts (Atom)